Isu ini mencuat ketika Salsa secara terbuka menantang Sahroni untuk berdebat terkait tunjangan pejabat yang dinilai publik masih menimbulkan pro-kontra.
Tantangan ini viral di media sosial dan mendapat dukungan luas dari warganet yang berharap ada diskusi terbuka antara pejabat dan rakyat.
Pada Rabu (27/8/2025), Ahmad Sahroni akhirnya memberikan respon. Namun, alih-alih menjawab substansi tantangan tersebut, Sahroni justru mengunggah pernyataan di akun Instagram pribadinya.
Dalam unggahan itu, ia menyinggung soal keberadaan Salsa di Denmark dan menuliskan bahwa dirinya lebih memilih “bertapa” karena merasa masih “bloon,” bukan menanggapi ajakan debat secara serius.
Sontak, sikap Sahroni ini menuai gelombang kritik. Banyak warganet menilai pernyataannya tidak relevan dengan isu yang dipersoalkan, bahkan dianggap sebagai bentuk pengalihan isu.
Publik menilai, pernyataan bercanda itu memperlihatkan ketidaksiapan seorang wakil rakyat ketika dihadapkan dengan kritik tajam dari generasi muda.
Sementara itu, Salsa Erwina dalam wawancara via Zoom bersama Kompas TV pukul 11.00 WIB menegaskan bahwa dirinya siap berdebat kapan pun.
Ia menekankan bahwa semua data sudah disiapkan untuk membongkar kinerja DPR sekaligus memperlihatkan fakta lapangan yang dialami masyarakat.
Menurut Salsa, pejabat publik seharusnya tidak menghindar dari kritik, melainkan berani berdialog secara terbuka di hadapan publik.
Situasi semakin memanas ketika beredar kabar bahwa pihak Ahmad Sahroni mulai mencari tahu keberadaan keluarga Salsa di Jakarta.
Isu ini membuat Salsa semakin geram, bahkan menyebut bahwa sikap Sahroni mencerminkan minimnya attitude serta keberanian dalam menghadapi kritik terbuka.
Publik sebenarnya menunggu debat ini sebagai momentum penting transparansi pejabat terhadap rakyat. Namun dengan sikap yang ditunjukkan Sahroni, ekspektasi itu justru berubah menjadi kekecewaan.
Banyak pihak menilai fenomena ini memperlihatkan wajah demokrasi Indonesia yang belum matang. Ketika rakyat menagih pertanggungjawaban, yang muncul justru jawaban bercanda yang dianggap menghindari inti persoalan.
Polemik ini menegaskan bahwa generasi muda semakin berani menggugat isu fundamental, seperti tunjangan pejabat dan kinerja wakil rakyat.
Di sisi lain, publik kini makin kritis menilai apakah pejabat siap menjawab dengan data dan argumentasi yang kuat, atau justru memilih berlindung di balik candaan yang menghibur tetapi tidak menyentuh substansi (Red)
.jpg)
"Terimakasih atas komentar yang anda tulis, dalam waktu 2x24 jam kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk merespont, jika ingin segera/fashrespon silahkan langsung menguhubungi Admin kami di +6285702464677"