![]() |
| Siapa oknum guru SD di Lampung yang viral diduga ingin cekik siswa saat upacara, ternyata terindikasi punya riwayat seperti ini.' (Foto: tangkapan layar video) |
Suasana yang awalnya tertib mendadak berubah tegang, hingga membuat sejumlah murid berlarian ketakutan dan menangis.
Video tersebut langsung menyebar luas di TikTok dan menuai kecaman dari warganet. Banyak orang mempertanyakan siapa sosok guru tersebut dan apa penyebab dari perilaku yang dianggap sangat tidak pantas bagi seorang pendidik.
Dalam video yang viral, suasana upacara di sebuah sekolah dasar berlangsung seperti biasa. Namun tiba-tiba, seorang guru bernama Harmini maju ke barisan depan. Dengan nada tinggi, ia mengeluh bahwa banyak guru sering tidak ikut upacara.
“Interupsi, setiap hari Senin nggak ada guru yang nggak hadir. Lapor kamu sama bupati!” teriaknya di depan murid dan guru lain.
Tidak lama setelah itu, Harmini menunjuk salah seorang siswi berkerudung putih. Sambil menunjukkan gestur penuh amarah, ia berkata lantang,
“Kalau nggak saya cekik ini anak-anak!” Ucapan itu sontak membuat suasana tegang. Seorang guru lain yang mengenakan kerudung hitam mencoba menegurnya, namun justru terlibat adu argumen.
Situasi semakin memanas ketika Harmini berusaha mendekati siswi tersebut dengan gerakan mengancam. Sang murid menangis ketakutan dan berlindung di belakang guru lain. Melihat kondisi tak terkendali, guru-guru akhirnya membubarkan upacara dan meminta siswa masuk ke dalam kelas. Dari dalam ruangan, tangisan anak-anak masih terdengar jelas.
Riwayat Perilaku Aneh Sang Guru
Ternyata, kasus ini bukan pertama kalinya Harmini membuat ulah di sekolah. Kepala Dinas Pendidikan Pesawaran, Anca Martha Utama, menjelaskan bahwa Harmini sudah pernah diperiksa pada Februari 2025. Saat itu, ia dilaporkan karena merokok di kelas dan bersikap kasar kepada murid. Setelah menjalani evaluasi, perilakunya sempat membaik.
Namun pada Juli 2025, ia kembali berulah. Bahkan kali ini ia mendatangi sekolah lain, yakni SDN 9 Kedongdong, padahal dirinya tercatat sebagai guru di SDN 5 Kedongdong. Aksinya yang terekam kamera membuat kasus ini menjadi sorotan publik.
Indikasi Gangguan Kejiwaan
Dari hasil pemeriksaan medis di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung, Harmini terindikasi sebagai orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Teman-teman sejawatnya juga memberikan kesaksian bahwa ia kerap menunjukkan perilaku tidak wajar.
Menurut Anca Martha Utama, faktor depresi diduga menjadi penyebab utama. Harmini disebut mengalami tekanan mental karena kesepian dan belum menikah meski usianya sudah matang. Kondisi itu memicu sifat temperamental, kebiasaan merokok di kelas, hingga cara berpakaian yang sering dianggap tidak pantas.
Tindakan Tegas Dinas Pendidikan
Setelah insiden tersebut viral, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pesawaran langsung mengambil langkah tegas. Harmini resmi diberhentikan dari tugas mengajar dan kasusnya dilaporkan ke kepolisian untuk penanganan lebih lanjut.
“Guru ini bukan kepala sekolah, dia guru biasa yang punya riwayat gangguan jiwa. Saat Februari lalu sempat ada perbaikan, tapi pada Juli ia kembali berulah. Karena itu, kami nonaktifkan dan serahkan ke pihak berwenang,” kata Anca, dikutip dari pernyataannya pada Minggu, 24 Agustus 2025.
Reaksi Publik dan Dampak bagi Murid
Masyarakat luas mengecam tindakan Harmini. Banyak orang menilai sikapnya bisa menimbulkan trauma mendalam bagi siswa. Anak-anak yang menyaksikan kejadian itu bukan hanya ketakutan sesaat, tetapi bisa membawa rasa cemas saat bersekolah di kemudian hari.
Psikolog pendidikan menegaskan bahwa insiden semacam ini berpotensi mengganggu kepercayaan diri anak. Ketika figur guru yang seharusnya melindungi justru menunjukkan ancaman fisik, murid dapat kehilangan rasa aman di lingkungan sekolah.
Pelajaran dari Kasus Guru di Lampung
Kasus Harmini menunjukkan bahwa kesehatan mental tenaga pendidik tidak kalah penting dari kompetensi akademik. Guru berperan besar dalam membentuk karakter anak, sehingga perilaku yang tidak stabil dapat memberikan dampak buruk secara psikologis maupun sosial.
Pemerintah daerah dan sekolah sebaiknya memperkuat mekanisme skrining kesehatan mental bagi para guru, memberikan ruang konseling, serta memperhatikan kesejahteraan tenaga pendidik. Selain itu, masyarakat juga perlu memahami bahwa ODGJ bukan sekadar masalah pribadi, melainkan kondisi medis yang membutuhkan penanganan profesional.
.jpg)

"Terimakasih atas komentar yang anda tulis, dalam waktu 2x24 jam kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk merespont, jika ingin segera/fashrespon silahkan langsung menguhubungi Admin kami di +6285702464677"